Gaza saat ini menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk, di mana slot gacor kelaparan yang dipaksakan menjadi ancaman nyata bagi jutaan warganya. Menurut pejabat tinggi PBB, situasi ini merupakan “bencana buatan manusia” yang dapat dihentikan jika akses bantuan kemanusiaan dibuka secara luas dan tanpa hambatan.
Lebih dari setengah populasi Gaza, sekitar 1,1 juta orang, telah kehabisan persediaan makanan mereka dan menghadapi kelaparan yang sangat parah. Ini adalah jumlah tertinggi yang pernah tercatat dalam sistem klasifikasi kelaparan global Integrated Food Security Phase Classification (IPC). Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyebutnya sebagai “bencana buatan manusia” yang dapat dihentikan jika akses bantuan kemanusiaan dibuka secara luas dan tanpa hambatan.
Selain itu, lebih dari 600 truk bantuan yang telah disetujui untuk memasuki Gaza terhambat oleh berbagai kendala birokrasi dan keamanan. Sebagian besar pasokan bantuan terdiri dari tepung yang memerlukan proses memasak, sehingga tidak dapat langsung dikonsumsi oleh mereka yang kelaparan.
Dampak terhadap Anak-anak dan Keluarga
Anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan dalam krisis ini. Diperkirakan hingga 10.000 anak dapat mengalami malnutrisi akut dalam waktu dekat jika bantuan tidak segera diberikan. Kondisi ini diperburuk oleh kurangnya akses terhadap air bersih dan layanan kesehatan. UNICEF dan UNRWA menekankan bahwa tanpa intervensi segera, banyak nyawa anak-anak yang terancam.
Hambatan dalam Distribusi Bantuan
Salah satu inisiatif distribusi bantuan baru yang didukung oleh Israel dan kontraktor AS di Rafah berakhir dengan kekacauan. Ketika ribuan warga yang putus asa berkumpul di titik distribusi, pasukan Israel membuka tembakan, mengakibatkan satu kematian dan 48 cedera. Direktur eksekutif Gaza Humanitarian Foundation mengundurkan diri, mengutip ketidakmampuan untuk memenuhi standar kemanusiaan yang tidak memihak.
Selain itu, beberapa truk bantuan dari World Food Programme telah dirampok di Gaza selatan, mencerminkan kondisi yang sangat tidak stabil akibat kelaparan dan keputusasaan.
Tuntutan untuk Tindakan Internasional
Berbagai negara dan organisasi internasional menyerukan agar PBB bertindak lebih tegas. Aljazair, misalnya, menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai alat perang dan menyerukan penghentian segera terhadap kebijakan yang menyebabkan penderitaan massal ini.
Sementara itu, laporan dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) mengungkapkan bahwa lebih dari 20% rumah tangga di Gaza tidak memiliki makanan sama sekali dan harus melewati hari-hari tanpa makan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kelaparan di Gaza telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan.
Kesimpulan
Krisis kelaparan yang melanda Gaza bukanlah akibat dari bencana alam, melainkan hasil dari kebijakan yang membatasi akses bantuan kemanusiaan dan menghancurkan infrastruktur pangan. PBB dan komunitas internasional memiliki tanggung jawab moral dan hukum untuk segera menghentikan kebijakan yang menyebabkan penderitaan ini dan memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Gaza tanpa hambatan. Jika tidak, ancaman kelaparan massal yang telah diperingatkan oleh pejabat tinggi PBB akan menjadi kenyataan yang mengerikan.